Pengertian IPA
IPA adalah studi mengenai alam
sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Cain & Evans (1990) menyatakan bahwa IPA
mengandung empat hal yaitu: kon-ten atau produk, proses atau metode, sikap, dan
teknologi.
IPA sebagai konten dan produk mengandung
arti bahwa di dalam IPA terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan
teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. IPA sebagai proses atau metode
berarti bahwa IPA merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan
pengetahuan. IPA sebagai sikap berarti bahwa IPA dapat berkembang karena adanya
sikap tekun, teliti, terbuka, dan jujur. IPA sebagai teknologi mengandung
pengertian bahwa IPA terkait dengan peningkatan kualitas kehidupan. Jika IPA
me-ngandung keempat hal tersebut, maka dalam pendidikan IPA di sekolah
seyogyanya siswa dapat mengalami keempat hal tersebut, sehingga pemahaman siswa
terhadap IPA menjadi utuh dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
hidupnya.
Pendidikan IPA
Pendidikan IPA di sekolah diharapkan
dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompe-tensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan
“berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar. Karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam
menyajikan pendidikan IPA adalah memadukan antara pengalaman proses IPA dan pemahaman
produk serta teknologi IPA dalam bentuk pengalaman langsung yang berdampak pada
sikap siswa yang mempelajari IPA.
Fungsi Mata Pelajaran IPA
Fungsi Mata Pelajaran IPA dalam
Depdiknas (2004) adalah:
- Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
- Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.
- Mempersiapkan siswa menjadi warganegara yang melek IPA dan teknologi.
- Menguasai konsep IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Tujuan Pendidikan IPA
Tujuan pendidikan IPA adalah sebagai
berikut:
- Menanamkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
- Memberikan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, prinsip dan konsep IPA, serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
- Memberikan pengalaman kepada siswa dalam merencanakan dan melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah.
- Meningkatkan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.
- Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
- Lebih jauh diungkapkan bahwa pendekatan yang digunakan dalam pendidikan IPA berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan “apa yang akan dipelajari” ke “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa”. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain.
Ada enam pertimbangan yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan pendidikan IPA, yaitu:
- Empat pilar pendidikan (belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, belajar untuk hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk menjadi dirinya sendiri).
- Inkuiri IPA.
- Konstruktivisme.
- Sains (IPA), lingkungan, teknologi, dan masyarakat (Salingtemas).
- Penyelesaian Masalah.
- Pendidikan IPA yang bermuatan nilai.
Jadi seorang guru IPA seharusnya terbiasa
memberikan peluang seluas-luasnya agar siswa dapat belajar lebih bermakna
dengan memberi respon yang mengaktifkan semua siswa secara positif dan
edukatif.
Seiring dengan pendekatan yang
seharusnya dilakukan, maka penilaian tentang kemajuan belajar siswa seharusnya
dilakukan selama proses pendidikan. Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir
periode tetapi dilakukan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan
pendidikan dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil
(produk). Penilaian IPA didasarkan pada penilaian otentik yang dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti: tes perbuatan, tes tertulis, pengamatan,
kuesioner, skala sikap, portofolio, hasil proyek. Dengan demikian, lingkup
penilaian IPA dapat dilakukan baik pada hasil belajar (akhir kegiatan) maupun
pada proses perolehan hasil belajar (selama kegiatan belajar).
Kecenderungan pendidikan IPA/sains
di Indonesia:
- Pendidikan hanya beriorientasi pada tes/ujian.
- Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.
- Pendidikan lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual.
- Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah, peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya.
- Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jum-lah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.
- Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang berkaitan dengan domain kognitif dan tidak menilai proses. BY : septi purwati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar