Parahnya kerusakan lingkungan yang sudah diperbuat manusia ternyata
tak mungkin bisa diperbaiki lagi. Emisi CO2 misalnya, meskipun berbagai
langkah sudah kita lakukan untuk menghentikannya, sudah terlalu lambat
untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran.
Seperti dilansir oleh Princeton.edu (24/11), para peneliti dari
Princeton University menyatakan bahwa angka CO2 di bumi sudah kelewat
batas. Alhasil, meskipun di masa depan kita sudah tak lagi memproduksi
CO2, bumi akan tetap mengalami pemanasan global dan hancur.
Hal ini ditemukan dalam simulasi di mana bumi diibaratkan sudah
memiliki 1,8 ribu ton CO2 di atmosfer. Jika saja angka ini tidak
ditambahi lagi dengan gas emisi lainnya, maka bumi diperkirakan akan
tetap memanas suhunya hingga seribu tahun mendatang.
Awalnya karbon sendiri akan melebur dengan 80 persen diantaranya
diserap lautan dan tanah. Hal ini nantinya membuat suhu bumi mendingin.
Namun, akibat panas yang dibawa CO2 ke bumi masih terperangkap atmosfer,
suhu bumi pun perlahan memanas. Bumi pun diperkirakan akan naik suhunya
sekitar 0,85 derajat Celcius jika dibandingkan dengan masa pra industri
yang terjadi di awal abad ke-18.
Intergovernmental Panel on Climate Change sendiri menyatakan bahwa
kenaikan suhu bumi lebih dari 2 derajat saja dibanding era revolusi
industri, bumi akan hancur. Iklim akan berubah dan manusia harus
menderita akibat perubahan iklim ini.
Temuan para peneliti ini sendiri sebenarnya bertentangan dengan
konsensus sains mengenai temperatur global yang menyatakan bahwa suhu
bumi akan konstan atau menurun jika emisi ditekan hingga angka nol.
Namun, konsensus ini sendiri tidak menghitung adanya faktor bahwa
lautan, terutama lautan di dua kutub, sudah kehilangan kemampuannya
untuk menyerap panas dengan baik. by LPM leonanda pratama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar